Belajar Seteguh Melati.. n_n

The philosophy of Jasmine


Melati (Jasmine) adalah melati, melati yang tak pernah berdusta dengan apa yang ditampilkannya. Yang tak memiliki warna lain dibalik warna putihnya juga tak pernah menyimpan warna lain untuk berbagai keadaannya baik panas, hujan, terik ataupun badai yang datang melati tetap putih. Kemanapun dan dimanapun ditemukan, melati akan tetap menjadi melati selalu putih.
Melati.Pada debu ia tak marah, meski jutaan butir menghinggapinya hingga menutup warna kelopaknya. Pada angin ia menyapa, berharap sepoinya membawa serta debu- debu itu agar ia tetap putih berseri. Karenanya, melati ikut bergoyang saat hembusan angin menerpa. Kekanan ia ikut, ke kiri ia pun ikut. Namun melati tetap teguh pada pendiriannya, karena kemanapun ia mengikuti arah angin, ia akan segera kembali pada tangkainya.
Melati. Pada hujan ia menangis agar tak terlihat matanya meneteskan air diantara ribuan air yang menghujani tubuhnya. Agar siapapun tak pernah melihatnya bersedih, karena saat hujan berhenti menyirami, bersamaan itu pula air dari sudut matanya yang bening itu tak lagi menetes.
Sesungguhnya, ia senantiasa berharap hujan akan selalu datang, karena hanya hujan yang mau memahami setiap tetes air matanya. Bersama hujan ia bisa menangis sekeras-kerasnya untuk mengadu, saling menumpahkan air mata dan merasakan setiap kegetiran. Karena hanya hujan yang selama ini berempati terhadap semua rasa dan asanya. Pada hujan pula ia mendapati keteduhan, dengan airnya yang sejuk.
Melati. Pada tangkai ia bersandar agar tetap meneguhkan kedudukannya, memeluk erat setiap sayapnya, memberikan kekuatan dalam menjalani kewajibannya agar kelak, apapun cobaan yang datang, ia dengan sabar dan suka cita merasai, bahkan menikmatinya sebagai bagian dari cinta dan kasih Sang Pencipta. Bukankah tak ada cinta tanpapengorbanan? Adakah kasih sayang tanpa cobaan?
Pada dedaunan ia berkaca, semoga tak merubah warna hijaunya. Karena dengan hijau daun itu, ia tetap sadar sebagai melati harus tetap berwarna putih.
Jika daun itu tak lagi hijau, menguning atau luruh oleh waktu, kepada siapa ia harus meminta koreksi atas cela dan noda yang seringkali membuatnya tak lagi putih? Maka, melati akan terus berhati-hati membawa diri. Ia akan tetap mawas diri dan menyadari kodratnya adalah melati. Dan haruslah tetap menjadi melati.
Pada bunga lain ia bersahabat. Bersama bahu membahu menserikan alam, tak ada persaingan, tak ada perlombaan menjadi yang tercantik karena masing-masing memahami tugas dan peranannya.
Melati tak pernah iri menjadi mawar, dahlia, anggrek atau lili, begitu juga sebaliknya. Tak terpikir melati berkeinginan menjadi merah, atau kuning, karena ia tahu semua fungsinya sebagai putih.
Pada matahari ia memohon, tetap berkunjung di setiap pagi mencurahkan sinarnya yang menghangatkan. Agar hangatnya membaluri setiap sel tubuh yang telah beku oleh pekatnya malam. Sinarnya yang menceriakan, bias hangatnya yang memecah kebekuan  seolah membuat melati merekah dan segar di setiap pagi.
Terpaan sinar mentari, memantulkanhaya kehidupan yang penuh gairah, pertanda melati siap mengarungi hidup, setidaknya untuk satu hari ini hingga menunggu mentari esok kembali bertandang.
Pada alam ia berbagi, menebar aroma semerbak mewangi nan menyejukkan setiap jiwa yang bersamanya. Indah menghiasi memberi harum semua taman yang disinggahinya, melati tak pernah terlupakan untuk disertakan.
Atas nama cinta dan keridhoan Pemiliknya, ia senantiasa berharap tumbuhnya tunas-tunas melati baru, agar kelak meneruskan perannya sebagai bunga yang putih. Yang tetap berseri di semua suasana alam.
Pada unggas ia berteriak, terombang-ambing menghindari paruhnya agar tak segera pupus. Mencari selamat dari cakar-cakar yang merusak keindahannya, yang mungkin merobek layarnya dan juga menggores luka di putihnya. Dan pada akhirnya, pada Sang Pemilik Alam ia meminta, agar dibimbing dan dilindungi selama ia diberikan kesempatan untuk menjalani setiap perannya. Agar dalam berperan menjadi putih, tetap diteguhkanpada warna aslinya, tidak membiarkan apapun merubah warnanya hingga masanya mempertanggungjawabkan semua waktu, peran, tugas dan tanggungjawabnya
Jika pada masanya ia harus jatuh, luruh ke tanah, ia tetap sebagai melati, seputih melati. Dan orang memandangnya juga seperti melati.
Melati. Meski ia telah mati, alam akan tetap mengenang dirinya dan harum wanginya terus menerus tertinggal pada alam yang pernah disinggahinya. Melati yang teguh akan dirinya, melati yang menyadari peran putihnya, melati yang rela berbagi keharumannya, melati yang tak pernah tertarik merubah warna kelopaknya. Dari luar ia berwarna putih dan dari di dalam daging kelopaknya pun semakin putih.
Jadikanlah aku melati-MU, yang bisa menyadari peranku disekitarku, yang menyadari kodratku seperti halnya melati menyadari kodratnya. Melati yang tak berduri, melati yang melindungi diri dengan keteguhan dan keyakinannya kepada Pencipta Alam. Melati yang membalas setiap kesakitannya dengan kasih sayang perdamaian. Melati yang terus akan tetap menjadi melati.


“Aku adalah saya dan saya adalah aku, Aku yang tak seperti kamu dan tak akan menjadi kamu. Karena aku adalah aku, dan kamu adalah kamu namun aku dan kamu adalah kita."


0 komentar: