PESANTREN #RISET 2

Berbicara tentang pesantren, ketika saya bertanya kepada beberapa teman sebaya saya, “Apa yang terlintas dalam pikiranmu ketika mendengar kata pesantren?” Jawab mereka tentu beragam. Kira-kira seperti ini jawaban mereka.

1.  Oh pesantren? Lingkungan agamis, jilbab gede, peci, rok, sarung, bawa kitab atau buku agama kemana-mana.
2.    Pesantren itu tempat nimba ilmu agama dan tempat orang buat mendisiplinkan diri.
3.    Tempat pengasingan anak-anak nakal.
4.    Tempat pengobatan Ruhiah.
5.    Tempatnya anak-anak yang pengen menjadi baik.
6.    Orang-orang alim.
7.    Pak Kyai, Santri, Asrama.
8.    Laki-laki yang berjenggot, perempuan yang berkerudung besar.
9.    Tempatnya orang soleh dan solehah.
10.    Tempat yang penuh kekangan. Ga bebas.

    Nah, dari sekian orang yang saya tanyai ternyata tanggapan atau respon mereka cukup menggelikan. Bagaimana tidak? Saya sendiri yang juga merupakan santriwati sampai sekarang ini tidak berfikir sebegitu mengerikannya pesantren. Namun saya juga tidak menyalahkan, karena beberapa jawaban tersebut memang benar. Misalnya, “Apa sih pesantren itu?” Ya tempatnya orang mencari ilmu agama lebih dalam. Walaupun beragam jawaban yang saya dapatkan namun jawaban yang sekiranya masyarakat umum tahu pasti seperti itu.  Pesantren yang terkadang biasa disebut asrama itu terdapat Pak Kyai atau Bu Kyai yang merupakan pengasuh pesantren itu sendiri. Namun, saya dan teman-teman lebih nyaman menyebutnya abi dan ummi. Dan kami penghuni pesantren biasa disebut santri/santriwati. Namun bila dikatakan pesantren adalah tempat yang mengekang orang-orang yang ada di dalamnya. Saya sangat tidak sepakat. Saya sesekali izin tidak mengikuti pembelajaran kelas pada jam tertentu di pesantren karena mengikuti agenda yang ada di kampus. Sewaktu saya sakit berhari-hari karena membutuhkan istirahat yang cukup lama juga tidak mengikuti beberapa kali pembelajaran di pesantren. Nyatanya diperbolehkan, asalkan dikomunikasikan terlebih dahulu, alasannya syar’i dan siap mengejar ketertinggalan materi atau menyetorkan hafalan-hafalan selama tidak di pesantren. Yang tidak diperbolehkan itu, apabila alasan yang tidak syar’i misalnya izin mengikuti kegiatan yang sebenarnya ada atau tidak adanya kita disitu tidak berpengaruh besar misalnya rapat malam-malam. Sudah jelas malam, perempuan masih di luaran. Bukankah itu bisa mengundang keburukan? Bisa saja di tengah jalan ia temui laki-laki yang tidak berkepentingan, menyetop jalan. Lalu??? bisa dibayangkan ketika wanita sendirian ditengah lelaki hidung belang. Tidak sendirian pun tetap saja menurut saya kalo sudah jam malam seorang wanita sebaiknya tidak diluaran. Apalagi kalo sudah diatas jam 9, wajib dikawal. Hal ini tidak hanya berlaku dalam rapat-rapat saja. Tapi dalam segala hal. Dan sebenarnya tidak hanya diberlakukan pada pesantren loh. Nasehat ini berlaku untuk perempuan-perempuan se-jagad raya, yang memang mendedikasikan dirinya baik. Tidak ada wanita baik-baik malah keluyuran pada malam hari. Lebih-lebih sampai pagi. Sepakat??


0 komentar: